Header Ads

Terang Sabda

Prapaskah : Bangkit dari Abu


Burung Feniks, yang sangat misterius dan mungkin tidak pernah ada, telah menghiasi imajinasi manusia sejak zaman kuno. Yang sangat terkenal dari kisah-kisah tentang hewan ini adalah kemampuannya untuk bangkit dari abunya sendiri. Burung legendaris yang mirip dengan elang ini juga disebutkan dalam Kitab Ayub : "Bersama-sama dengan sarangku aku akan binasa, dan memperbanyak hari-hariku seperti burung feniks" (Ayub 29:19). Meskipun hanya disebutkan sekali dalam Alkitab, burung ini menjadi salah satu dari banyak hewan yang direpresentasikan dalam berbagai karya seni Kristen. Burung Feniks pun menjadi simbol dari kebangkitan tubuh, di mana "menjadi abu" atau kematian bukanlah kata terakhir.

Dalam masa Prapaskah, simbolisasi burung Feniks ini mengajak kita untuk merenung, kembali kepada Tuhan dan memperbaharui kehidupan spiritual kita. Kebangkitan Feniks adalah sebuah gambaran yang kuat tentang kebangkitan dari abu setelah mengalami periode kematian atau kehancuran. Demikian juga, Prapaskah adalah periode untuk mati bagi diri sendiri, dalam arti bahwa kita menyerahkan kenikmatan sementara demi menuju kehidupan kekal yang diberikan oleh Tuhan.

"Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu" (Kejadian 3:19). Kutipan kitab Kejadian inilah yang dikatakan imam ketika ia menorehkan tanda salib dengan abu pada dahi orang yang memulai perjalanan masa Prapaskah. Untuk rumusan kata-kata yang menyertai ritus ini, liturgi juga menyarakan kemungkinan lain, yaitu kutipan dari injil Markus : "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15). Baik kutipan dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru ini, keduanya mengungkapkan makna masa Prapaskah sebagai perjalanan permenungan akan misteri kematian dan kebangkitan Yesus Kristus di mana anugerah kebangkitan dan kehidupan kekal telah diantisipasi dalam pembaptisan kita.

Jika mengandalkan diri sendiri, hidup kita yang rapuh hanya menjadi seperti abu yang berhamburan diterpa angin; namun dalam tangan Tuhan, kerapuhan ini diselamatkan, "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati" (Kol 2:12).

Dalam masa Prapaskah, kita diundang untuk menghidupi tubuh kita sebagai Bait Roh Kudus dan merawatnya, serta memberi perhatian pada kebutuhan orang lain, terutama mereka yang berkekurangan. Berpuasa, memberi sedekah, dan berdoa adalah praktik-praktik yang membantu kita melepaskan diri dari egoisme dan membuka diri pada dimensi spiritual dalam kehidupan kita.

Dengan berpuasa, kita belajar untuk tidak memutlakkan tubuh sehingga mampu memilih dan menyerahkan sesuatu untuk lebih menghargai hal lain (tidak hanya dari segi makanan). Dengan bersedekah, kita berjuang untuk tidak terperangkap dalam diri sendiri tetapi untuk memikirkan orang lain dan kebutuhan mereka yang sebenarnya; belajar menjadi murah hati, seperti Bapa yang murah hati (lihat Lukas 6:36-38). Dengan berdoa, kita terhubung dengan tubuh yang lebih besar dari diri sendiri, yaitu Gereja dan seluruh umat manusia, dan terutama terhubung dengan Dia sang Juru Selamat kita.

Hari Rabu Abu, yang membuka masa Prapaskah, mengundang kita untuk menyadari kerapuhan dan kematian kita, dengan tetap memiliki harapan akan kebangkitan yang diberikan oleh Yesus Kristus. Semoga masa Prapaskah ini menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbaharui iman dan komitmen kita dalam mengikuti Yesus Kristus pada jalan menuju kehidupan kekal.

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.