Header Ads

Terang Sabda

Kisah Kutukan Elisa

Nabi Elisa mengutuk anak-anak yang mencemoohnya

“Naiklah Botak, Naiklah Botak !”
Menelaah Secara Kritis Kisah Kutukan Nabi Elisa Dalam 2 Raj 2: 23-25
oleh : L. Atur Pepadhang Gusti


Elisa pergi dari sana ke Betel.
Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu,
lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya:
"Naiklah botak, naiklah botak!"
Lalu berpalinglah ia ke belakang,
dan ketika ia melihat mereka,
dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN.
Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan,
lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak.
Dari sana pergilah ia ke gunung Karmel
dan dari sana pula kembalilah ia ke Samaria.
(2 Raj 2: 23-25)

Rasa-rasanya, perikop mengenai anak-anak Betel yang mencemooh Elisa (2 Raj 2: 23-25) merupakan perikop yang tidak nyaman untuk dibaca. Barangkali, pembaca yang pertama-tama bermaksud membaca Kitab Suci untuk mendapatkan ketenangan atau untuk semakin mengasihi Tuhan menjadi sangat terkejut dan mungkin saja kepercayaannya mengenai Allah yang Baik Hati menjadi memudar begitu membaca perikop tersebut. Diceritakan dalam 2 Raj 2: 23-25 bahwa Elisa yang notabene adalah seorang nabi mengutuk anak-anak Betel yang mencemoohnya dan Tuhan pun memenuhi kutukan Elisa tersebut dengan mengirimkan dua ekor beruang dari hutan yang mencabik-cabik anak-anak Betel tersebut. Anak-anak kecil memang terkadang nakal dengan ucapannya yang spontan (namanya saja anak-anak) tetapi mengapa Nabi Elisa tetap meluncurkan kutukan terhadap anak-anak Betel tersebut ? Apa yang menjadi maksud penyusun Kitab Raja-Raja memasukkan kisah tersebut ? Bagaimana kita sendiri sebagai pembaca saat ini menyikapi kisah tersebut ?


Perspektif Kisah Nabi Elisa Dalam 2 Raja-Raja
Kisah mengenai Nabi Elisa tersusun sepanjang 2 Raj 2: 1- 13: 21. Perlu diingat kembali bahwa Kitab 2 Raja-Raja disusun oleh penulis sejarah Deuteronomistis yang bernada teologis kuat dalam hal dosa-hukuman serta kebaikan-ganjaran. Di samping itu, tulisan-tulisan dalam Kitab Sejarah yang mencoba merekonstruksi sejarah Israel ditulis dari perspektif Yehuda dengan keyakinan yang amat kuat bahwa Yerusalem dan Dinasti Daud adalah pilihan Allah[1].

Tidak seperti kisah Nabi Elia dalam kitab Raja-Raja, penyusun Kitab 2 Raja-Raja mencoba menampilkan kisah Nabi Elisa bukan sebagai sebuah karya biografi seorang Nabi. Penyusun mencoba menampilkan kisah Nabi Elisa dengan tujuan untuk menunjukkan secara jelas kuasa yang dimiliki oleh seorang Nabi. Penyusun Kitab 2 Raja-Raja hendak mengatakan kepada pembaca bahwa nabi Elisa adalah seorang nabi sejati yang juga harus dipercayai, dihormati, dsb.

Kisah Nabi Elisa coba disusun untuk menggambarkan bahwa Nabi Elisa merupakan penerus Nabi Elia dan Nabi Elisa pun mempunyai berbagai macam kuasa seperti yang dimiliki oleh Nabi Elia. Hal tersebut tampak secara jelas dalam perbuatan serta nubuatnya (bdk 2 Raj 2: 14, 2 Raj 8: 13). Tujuan-tujuan tersebut menjadi dasar dalam penyusunan kisah Nabi Elisa dalam 2 Raj-Raja. Oleh karena itu, dapat dimengerti secara jelas bahwa terdapat juga kisah legenda (kisah yang tersebar dalam masyarakat) yang bertujuan menampilkan Nabi Elisa dengan tujuan yang sudah dirancang oleh penyusun[2].

Dalam pembahasan mengenai kisah anak-anak Betel yang mencemooh Elisa perlu dilihat dengan perspektif yang utuh. Perikop ini menjadi satu kesatuan dengan dua perikop sebelumnya yaitu perikop Elia naik ke surga (2 Raj 2: 1- 18) dan perikop Elisa menyehatkan air di Yerikho (2 Raj 2: 19-22). Tiga perikop dalam 2 Raj 2 menjadi satu kesatuan alur yang disusun oleh pengarang dengan tujuan tertentu. Tiga perikop tersebut hendak mengatakan bahwa Nabi Elia naik ke surga dan kemudian digantikan oleh Nabi Elisa. Sedangkan kisah mukjizat serta kutukan yang menyertai setelahnya menjadi suatu tanda yang hendak menunjukkan kuasa kenabian Elisa sebagai pengganti Nabi Elia[3].

Menyadari hal tersebut dapat dikatakan bahwa melepas pembahasan perikop kutukan Nabi Elisa dari konteksnya yang menyeluruh akan membuat pembaca Kitab Suci memiliki gambaran yang keliru dari tujuan yang hendak dituju oleh penyusun Kitab 2 Raja-Raja. Seandainya saja pembaca tidak menyadari hal tersebut maka barangkali pembaca Kitab Suci yang membaca perikop kutukan Nabi Elisa akan merasa bahwa Nabi Elisa tidak memahami kenakalan anak kecil yang mengejek dirinya. Lebih jauh lagi, barangkali pembaca akan membandingkan kisah kutukan Nabi Elisa tersebut dengan perikop Yesus yang mencintai anak-anak kecil (bdk Mat 19: 16-26, Mrk 10: 17-27 dan Luk 18: 15-17). Oleh karena itu, pembahasan perikop anak-anak Betel yang mencemooh Elisa harus ditempatkan dalam satu kesatuan alur yang utuh.

Nabi Elisa Sebagai Penerus Nabi Elia
Pemahaman mengenai perikop anak-anak Betel mencemooh Nabi Elisa akan menjadi tepat apabila perikop tersebut dipahami keterkaitannya dengan perikop sebelumnya yaitu perikop Elia naik ke surga (2 Raj 2: 1-18). Dalam perikop Nabi Elia naik ke surga diceritakan oleh penyusun kitab 2 Raja-Raja bahwa Elisa menemani Nabi Elia menjelang kenaikan Nabi Elia ke surga. Elisa menemani Nabi Elia dalam suatu perjalanan yang diceritakan secara berputar-putar. Dari Gilgal, mereka berjalan lagi menuju Betel kemudian mereka berjalan lagi menuju Yerikho dan terakhir perjalanan mereka berakhir di sungai Yordan.

Sesampainya di surga Yordan, Elia membelah sungai Yordan dengan gulungan jubahnya. Kisah Nabi Elia yang membelah sungai Yordan barangkali dipengaruhi oleh tradisi penyebrangan Laut Merah yang terdapat dalam Kitab Keluaran[4]. Hal tersebut barangkali mengingatkan kita akan kisah Musa. Terkadang dalam beberapa hal Nabi Elia diperbandingkan dengan Musa (bdk 1 Raj 19: 1-21). Sesampainya di seberang Sungai Yordan, Nabi Elia memberi kesempatan kepada Elisa untuk mengajukan suatu permintaan. Elisa meminta dua bagian dari Roh Nabi Elia (2 Raj 2: 9) yang berarti Elisa meminta agar ia menjadi ahli waris dari kenabian Elia. Permintaan Elisa tersebut mirip dengan hak anak sulung menurut hukum Yahudi yang menjadi ahli waris dari suatu keluarga (Ul 21: 17)[5]. Anak sulung biasanya mendapat warisan dua kali lipat bila dibandingkan dengan bagian masing-masing anak yang lain.

Permintaan Elisa tersebut sulit untuk dikabulkan oleh Nabi Elia karena roh kenabian seperti yang dimiliki oleh Nabi Elia tidak diwariskan melainkan didapatkan langsung dari Allah. Maka dari itu, dapat dimengerti apabila kemudian Nabi Elia mengatakan bahwa Allah sendiri yang akan memberi tanda apakah Ia akan memanggil Elisa menjadi seorang Nabi. Tanda yang dimaksud oleh Nabi Elia adalah apabila Elisa dapat melihat Nabi Elia terangkat ke surga maka Elisa akan mendapat dua bagian dari Roh Nabi Elia sehingga Elisa akan menjadi seorang Nabi pengganti dirinya.

Kisah dalam perikop tersebut berlanjut dengan datangnya kereta berapi dengan kuda berapi secara tiba-tiba dan Nabi Elia pun naik ke surga dalam angin badai (2 Raj 2: 11). Rupa-rupanya, Elia melihat hal tersebut dan itu menjadi tanda Allah memilih Elisa menjadi seorang Nabi seperti yang telah dikatakan oleh Nabi Elia. Kemudian, Nabi Elisa mengoyakkan pakaiannya menjadi dua lalu memungut jubah Nabi Elia dan mempergunakannya untuk menyebrang Sungai Yordan kembali seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Elia sebelumnya[6].

Dalam perikop tersebut, penyusun Kitab 2 Raja-Raja amat menekankan bahwa Nabi Elisa menjadi pewaris kenabian dari Nabi Elia. Tugas kenabian yang sebelumnya dipegang oleh Nabi Elia diberikan oleh Allah dengan cara ‘membuka mata’ Nabi Elisa untuk melihat Nabi Elia terangkat ke surga. Dari titik itulah berkembang perikop-perikop selanjutnya yang hendak menggambarkan kesejatian kharisma kenabian yang dimiliki oleh Nabi Elisa. Selanjutnya, penyusun kitab 2 Raja-Raja hendak menunjukkan kesejatian kharisma kenabian Nabi Elisa yang diterimanya dari Allah dengan cerita yang menggambarkan kekuatan seorang Nabi yang dapat memberikan berkat pada orang yang percaya dan juga kekuatan seorang Nabi yang dapat memberikan kutuk pada orang yang tidak menghormatinya atau tidak percaya padanya.

Sebagian orang mungkin masih menyimpan rasa ragu bahwa Nabi Elisa menjadi pewaris dari Nabi Elia. Hal itu terlihat dari rombongan orang dari Yerikho yang mengutus orang untuk mencari Nabi Elia (2 Raj 2; 16). Mereka tidak percaya bahwa Nabi Elia sudah terangkat ke surga dan digantikan oleh Nabi Elisa. Mereka mengira bahwa Nabi Elia diangkat oleh Roh Tuhan dan dilemparkan ke atas salah satu gunung atau ke dalam salah satu lembah. Nabi Elisa sudah mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan menemukan Nabi Elia karena ia sudah terangkat ke surga tetapi mereka tidak percaya kepada Nabi Elisa (2 Raj 2: 16-17). Perkataan Nabi Elisa memang terbukti benar ketika orang-orang tersebut tidak menemukan Nabi Elia.

Kisah tersebut agaknya disusun dengan tujuan hendak menggambarkan bahwa di dalam benak orang masih tersimpan rasa ragu (walau sedikit) dengan kesejatian Nabi Elisa menjadi pewaris kenabian. Keraguan itu terlihat ketika orang-orang tidak percaya akan perkataan Nabi Elisa mengenai Nabi Elia yang sudah terangkat ke surga. Maka dari itu, dapat dimengerti jika selanjutnya penyusun Kitab 2 Raja-Raja mencoba menekankan mengenai kesejatian Nabi Elisa menjadi pengganti Nabi Elia. Hal itu terlihat dari perikop Allah yang memerintahkan Nabi Elia untuk mengurapi Hazael dan Yehu (1 Raj 19: 15-16) tetapi kemudian tugas tersebut dicatat bahwa Nabi Elisa yang melaksanakan pengurapan ( 2 Raj 8: 13)[7].

Kesejatian kharisma kenabian Elisa ditekankan lagi secara lebih terlihat dan mendalam dengan adanya dua perikop selanjutnya yaitu Elisa menyehatkan air di Yerikho (2 Raj 2: 19-22) dan Anak-anak Betel mencemooh Elisa (2 Raj 2: 23-25). Kedua perikop selanjutnya tersebut disusun dengan tujuan untuk menekankan kharisma kenabian yang diterima oleh Nabi Elisa. Kharisma kenabian yang hendak ditampilkan adalah kharisma seorang Nabi yang dapat membawa memberikan berkat kepada orang yang percaya kepadanya dan seorang Nabi yang dapat memberikan kutuk kepada orang yang tidak percaya atau tidak menghormatinya.

Kharisma Seorang Nabi Untuk Memberikan Berkat
Perikop selanjutnya yang meneruskan perikop Elia naik ke surga adalah perikop yang menceritakan Nabi Elia menyehatkan air di Yerikho (2 Raj 2: 19-22). Bukti kharisma kenabian dari Nabi Elia yang dapat memberikan berkat segera diperlihatkan oleh penyusun Kitab 2 Raja-Raja. Kharisma seorang Nabi untuk memberikan berkat kepada orang yang percaya terlihat dalam perikop Nabi Elia menyehatkan air di Yerikho.

Penduduk di kota Yerikho percaya bahwa Nabi Elisa dapat menurunkan berkat dari Allah sehingga mereka meminta kepada Nabi Elisa untuk menyehatkan air di Yerikho. Tanah di Yerikho yang secara potensial subur memerlukan air yang murni atau sehat agar tanaman yang ada dapat tumbuh dengan baik dan rakyatnya pun menjadi sehat (tidak sering terjadi keguguran). Kemudian, Nabi Elisa memasukkan garam ke dalam air sehingga air di Yerikho pun menjadi sehat seperti yang dikehendaki oleh penduduk kota Yerikho. Perikop tersebut menggambarkan secara jelas bahwa Nabi Elisa sungguh merupakan seorang nabi dengan segala kharisma kenabiannya yang dapat bermanfaat jika orang-orang menghormati dan mempercayainya.

Penekanan dari penyusun Kitab 2 Raja-Raja dalam memasukkan perikop Nabi Elisa menyehatkan air di Yerikho adalah mau melukiskan salah satu sisi dari kharisma kenabian yaitu seorang nabi yang dapat mendatangkan berkat kepada orang-orang yang percaya kepadanya. Lalu, bagaimana dengan penggambaran kharisma kenabian yang lainnya yaitu seorang nabi yang dapat mendatangkan kutuk seperti yang banyak diceritakan juga melalui kisah-kisah di dalam Perjanjian Lama terutama di dalam Kitab Sejarah ?

Kharisma Seorang Nabi Untuk Mendatangkan Kutuk
Untuk melengkapi penggambaran kharisma seorang Nabi yang coba disusun guna menekankan kesejatian Elisa sebagai seorang Nabi, maka perikop selanjutnya setelah Elia menyehatkan air di Yerikho adalah perikop Anak-anak Betel mencemooh Elisa (2 Raj 2: 23-25). Bukti lain dari kharisma kenabian selain mendatangkan berkat bagi orang yang percaya adalah seorang Nabi dapat mendatangkan kutuk bagi orang yang tidak percaya atau orang yang tidak menghormati Allah dan dirinya. Rupa-rupanya, kharisma tersebut juga diterima oleh Nabi Elisa. Hal itu terlihat dalam perikop yang menceritakan kutukan Nabi Elisa terhadap anak-anak kota Betel yang berseru kepadanya: “Naiklah botak, naiklah botak!” ( 2 Raj 2: 23).

Dalam perjalanan pulang ke Samaria, Elisa sampai di kota Betel. Perlu diingat bahwa kota Betel adalah kota yang tidak disukai oleh tradisi Deuteronomistis seperti yang terungkap dalam 1 Raj 12: 25- 15: 34. Diceritakan dalam 1 Raj 12: 25-33 bahwa di kota Betel, Yerobeam memulai ibadah baru dengan membuat patung lembu sehingga banyak orang berdosa karena berpaling dari Allah Israel. Orang-orang berdosa karena berpaling dari Allah Israel dengan menyembah patung lembu. Dari sisi itu, dapat dikatakan bahwa mereka (orang-orang Betel) tidak lagi menghormati Allah Israel. Mungkin saja, orang-orang Betel yang tidak lagi menghormati Allah coba ditampakkan kembali oleh penyusun Kitab Raja-Raja dengan cara lain selain menyembah patung lembu yaitu dengan tidak menghormati Nabi yang adalah utusan dari Allah sendiri.

Orang-orang Betel yang tidak lagi menghormati Allah coba dilukiskan kembali dengan cemoohan anak-anak kota Betel kepada Nabi Elisa yang saat itu sedang mendaki. Cemoohan anak-anak kota Betel yang mengatakan “Naiklah botak, naiklah botak!” membuat Nabi Elisa mengeluarkan kutuk demi nama TUHAN sehingga muncullah dua ekor beruang dari hutan yang mencabik-cabik empat puluh dua orang anak dari kota Betel.

Anak-anak dari kota Betel mengatakan Nabi Elisa dengan sebutan botak. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebotakan Nabi Elisa memang disengaja. Nabi Elisa sengaja memangkas sebagian rambut bagian atas (semacam tonsura) sebagai tanda bahwa ia adalah nabi Allah[8]. Kebotakan Nabi Elisa bisa juga sebagai cukuran kepala tanda kenabian. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa rontoknya rambut Nabi Elisa terjadi secara alamiah dan seorang yang botak secara alamiah pada zaman itu adalah sesuatu yang jarang terjadi di daerah timur[9]. Kepala botak adalah sesuatu hal yang amat terjadi di daerah Timur karena salah satu kebiasaan anak laki-laki dan perempuan di Israel pada saat itu adalah membiarkan rambut mereka tumbuh panjang. Karena kepala botak adalah sesuatu yang amat terlihat pada zaman itu maka anak-anak Betel menyerukan Nabi Elia dengan seruan botak.

Dari sudut pandang lain, perlu dicermati bahwa kata botak merupakan kata penghinaan yang kejam bagi orang-orang di Israel pada saat itu karena kata botak berkaitan erat dengan kenajisan. Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini dikatakan bahwa kepala botak tidak disukai oleh orang-orang di Israel karena botak berhubungan dengan penyakit kusta (bdk Im 13). Kenajisan bagi seseorang Yahudi berarti ia tidak boleh melayani di tempat suci dan tidak boleh bersekutu dengan teman seagama. Hal tersebut merupakan pukulan yang amat berarti bagi orang Yahudi.

Yang jelas, menjadi mungkin bagi Elisa untuk dipanggil dengan sebutan botak dan bisa jadi kata itu diserukan dengan nada mengejek. Kata-kata botak yang bisa berarti amat kejam karena berkaitan dengan kenajisan adalah sesuatu yang dianggap tidak mempercayai atau tidak memperlakukan Nabi Elisa sebagaimana mestinya. Apabila kata botak berkaitan dengan kenajisan maka kata botak itu adalah kata yang sangat tidak menghormati seorang Nabi. Seorang Nabi tentu saja adalah seorang yang suci dan terlepas dengan sesuatu yang disebut kenajisan. Maka dari itu, sangatlah dimungkinkan apabila seruan botak itu adalah seruan tanda ketidakpercayaan bahwa Elisa adalah seorang Nabi. Ketidakpercayaan itu akhirnya menimbulkan kemarahan Nabi Elisa. Kemarahan Nabi Elisa yang berwujud kutuk kepada anak-anak Betel tidak dapat dielakkan lagi karena anak-anak Betel (mungkin mewakili orang-orang Betel lainnya) yang tidak percaya kepada identitas Elisa sebagai seorang Nabi. Tidak percaya kepada seorang Nabi berarti tidak percaya kepada Allah yang telah memilih Nabi tersebut.

Rasa-rasanya, bila kita cermat dan peka dalam membaca perikop anak-anak Betel mencemooh Nabi Elisa maka tidak hanya seruan kata botak saja yang membuat marah Nabi Elisa tetapi juga karena anak-anak Betel juga menyerukan kata ‘naiklah’ kepada Nabi Elisa. Kata ‘naiklah’ diserukan oleh anak-anak Betel ketika Nabi Elisa sedang mendaki (2 Raj 2: 23). Bisa jadi, kata ‘naiklah’ yang diserukan oleh anak-anak Betel itu adalah ‘naik ke surga’.

Kata ‘naiklah’ yang bisa jadi mempunyai makna lain yaitu ‘naik ke surga’ merupakan suatu tanda ketidakpercayaan akan kenabian Elisa. Bisa dibayangkan maksud yang terkandung dari kata naiklah: “Jika Engkau (Nabi Elisa) adalah sungguh-sungguh seorang Nabi yang telah dipilih oleh Allah, hendaklah Engkau (Nabi Elisa) membuktikan hal itu (kenabiannya) dengan naik ke surga seperti yang terjadi pada Nabi Elia”.

Maksud dari kata-kata itu terkait dengan perikop sebelumnya yang menceritakan mengenai kenaikan Nabi Elia ke surga. Dari perikop sebelumnya memang diceritakan mengenai kenaikan Nabi Elia ke surga yang hanya dilihat oleh Nabi Elisa. Oleh karena itu, menjadi mungkin apabila anak-anak Betel mengejek Nabi dengan kata ‘naiklah’ sebagai tanda ketidakpercayaan mereka terhadap status kenabian yang disandang oleh Nabi Elisa. Apabila memang maksud yang terkandung dari kata-kata ‘naiklah’ itu memang seperti itu yakni Nabi Elisa seakan-akan tidak dipercayai sebagai seorang Nabi sebagai pengganti Nabi Elia maka menjadi wajar apabila Nabi Elisa menjadi marah sekali mendengar hal tersebut.

Nabi Elisa marah karena anak-anak Betel itu tidak percaya akan seorang Nabi dan itu juga dapat berarti mereka tidak percaya akan Allah yang telah memilih Elisa menjadi seorang Nabi. Ketidakpercayaan orang kepada Allah pada zaman itu merupakan suatu dosa karena mereka berpaling dari Allah. Ketidakpercayaan anak-anak Betel itu kepada Allah yang diwakili dengan ketidakpercayaan terhadap kenabian Elisa membuat Nabi Elisa mengutuk mereka “demi nama TUHAN” sehingga empat puluh dua orang anak dari kota Betel dicabik-cabik oleh dua ekor beruang dari hutan (2 Raj 2: 24).

Agar pembaca tidak terganggu mengingat nasib tragis yang menimpa anak-anak Betel tersebut, beberapa ahli menyarankan agar kata naãrîm lebih baik diterjemahkan menjadi ‘anak-anak muda’ dan bukannya ‘anak-anak’ sehingga pembaca tidak akan membayangkan anak-anak kecil yang sedang lucu-lucunya. Dengan demikian, sadisme yang terasa dalam perikop tersebut menjadi berkurang. Namun, mengingat tujuan pemilihan kisah ini oleh penyusun bertujuan untuk memberi pesan bahwa salah satu kharisma Nabi adalah mendatangkan kutuk bagi mereka yang tidak percaya kepadanya dan kepada Allah maka penggantian kata terjemahan itu bukan menjadi inti masalah yang harus dibahas.

Selanjutnya, dikatakan dalam 2 Raj 2: 24 bahwa anak-anak yang dicabik oleh beruang itu berjumlah 42 orang. Apabila kita cermati, penggunaan angka 42 ini juga digunakan oleh penyusun Kitab 2 Raja-Raja dalam perikop yang lain yaitu ketika penyusun kitab 2 Raja-Raja menggambarkan jumlah korban dari Yehu (2 Raj 10: 14)[10]. Dari perikop tersebut diceritakan bahwa Yehu membunuh 42 orang sanak saudara dari Ahazia sebagai pemenuhan nubuat Nabi Elia atas keluarga Ahab. Maka penggunaan angka 42 itu juga bukan sesuatu yang tanpa arti sama sekali. Angka 42 itu dipakai untuk menggambarkan mengenai orang-orang yang berpaling dari Allah. Hal itu senada dengan isi dari perikop anak-anak Betel mencemooh Elisa yang mengatakan bahwa 42 orang anak dicabik-cabik oleh beruang karena mereka tidak percaya dan menghormati Nabi serta Allah.

Angka lain yang dipakai oleh penyusun kitab 2 Raja-Raja dalam perikop anak-anak Betel mencemooh Nabi Elisa adalah angka 2. Dikatakan bahwa setelah Nabi Elisa mengeluarkan kutuk demi nama TUHAN maka keluarlah 2 ekor beruang dari hutan lalu mencabi-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak (2 Raj 2: 24). Dalam beberapa hal, angka 2 digunakan dalam cerita legenda Semitik dengan nada untuk menunjukkan ketepatan dalam bercerita[11].

Melihat kesemua bagian dari perikop anak-anak Betel mencemooh Elisa dapat dikatakan bahwa inti yang hendak ditekankan oleh penyusun perikop ini adalah menunjukkan sisi lain dari kharisma kenabian yang dimiliki oleh Nabi Elisa. Salah satu kharisma kenabian yang dimiliki seorang nabi seperti Nabi Elisa adalah seorang Nabi dapat mendatangkan kutuk atau bencana kepada orang-orang yang tidak percaya dan menghormati Allah dan dirinya. Penggambaran itu melengkapi penggambaran kharisma seorang nabi yang sudah digambarkan sebelumnya yakni perikop Nabi Elisa menyehatkan air di Yerikho.

Menghormati Allah Dalam Berbagai Macam Aspek
Tragedi yang terjadi di Betel menjadi saksi bahwa Elisa adalah seorang Nabi yang telah sungguh-sungguh dipilih oleh Allah untuk menggantikan Nabi Elia. Bersama dengan perikop Elisa menyehatkan air di Yerikho (2 Raj 2: 19-22), kisah mengenai kutukan Nabi Elisa kepada anak-anak Betel hendak menggambarkan kesejatian kharisma kenabian yang dimiliki oleh seorang Nabi. Seorang Nabi memiliki dua kharisma yang sama-sama kuat yaitu mendatangkan berkat bagi mereka yang percaya dan mendatangkan kutuk bagi orang-orang yang tidak menghormati atau tidak percaya kepada Allah.

Seperti yang telah dikatakan dalam beberapa bagian di atas bahwa perikop anak-anak Betel mencemooh Elisa akan mendapatkan perspektifnya yang utuh apabila perikop tersebut dibaca bersamaan dengan kedua perikop sebelumnya. Ketiga perikop tersebut secara garis besar mempunyai benang merah sebagai berikut:
  1. 2 Raj 2: 1-18      : Menggambarkan nabi Elia naik ke surga dan tugas kenabiannya digantikan oleh Elisa. Elisa dipilih oleh Allah menjadi seorang nabi dengan cara ‘membuka matanya’ sehingga Elisa dapat melihat Nabi Elia terangkat ke surga. Perikop ini menekankan kesejatian Elisa sebagai seorang Nabi yang telah dipilih Allah sendiri untuk menggantikan Nabi Elia.
  2. 2 Raj 2: 19-22   : Bagian ini hendak mengisahkan mengenai kesejatian kharisma kenabian yang dimiliki oleh Nabi Elisa. Salah satu kharisma yang coba dilukiskan dalam perikop ini adalah kharisma seorang nabi yang dapat mendatangkan berkat kepada orang yang percaya dan menghormatinya.
  3. 2 Raj 2: 23-25 : Menceritakan sisi lain kesejatian kharisma kenabian yang dimiliki oleh Nabi Elisa. Sisi lain kesejatian kharisma kenabian yang coba ditampilkan dalam perikop ini adalah seorang nabi yang dapat mendatangkan kutuk kepada orang yang tidak percaya dan tidak menghormatinya.
Salah satu hal yang juga perlu diperhatikan dalam melihat kaitan antara ketiga perikop di atas adalah kedua perikop mengenai Elisa yang menyehatkan air di Yerikho dan Anak-anak Betel mencemooh Elisa merupakan cerita legenda atau cerita yang beredar di masyarakat pada waktu itu)[12]. Mungkin saja, penyusun Kitab 2 Raja-Raja sengaja memasukkan kedua cerita tersebut untuk menekankan kesejatian identitas kenabian Elisa dan kharisma kenabian yang dimilikinya.

Seorang ahli bernama John Gray mengakui nilai historis dari bahan cerita tentang peristiwa politik, militer dan nabi-nabi yang terdapat dalam Kitab Raja-Raja tetapi ia menganggap bahwa cerita-cerita pribadi tentang Nabi Elia dan Elisa (1 Raj 17 dan 2 Raj 1-6) sebagai sebuah dongeng saja yang menceritakan suatu mukjizat karena memang disusun dengan suatu tujuan tertentu. Salah paham dapat terjadi jika cerita ini dibaca sebagai suatu laporan historis. Sebelum merasa kesal kepada Nabi Elisa (dan Allah), maka baik jika diingat bahwa kisah ini sengaja disusun sebagai suatu bentuk pengajaran. Penyusun kisah mengenai Anak-anak Betel mencemooh Elisa mempunyai tujuan pengajaran kepada masyarakat untuk menghormati Allah dan menghormati nabi.

Pengajaran menghormati Allah melalui penghormatannya kepada Nabi pada zaman dahulu mempunyai peranan yang amat penting. Dalam kisah-kisah Perjanjian Lama diceritakan banyak orang Israel yang meninggalkan Allah dengan menyembah berhala, tidak percaya kepada nubuat nabi yang telah diutus oleh Allah, dsb. Oleh karena itu, perikop mengenai Anak-anak Betel mencemooh Elisa hendak mengatakan kepada masyarakat ketika itu bahwa melecehkan atau tidak percaya kepada nabi sama dengan melecehkan atau tidak percaya Tuhan sehingga patut mendapat hukuman yang berat. Oleh karena itu, pada zaman penulis Deuteronomistis, cerita tentang anak-anak yang dicabik beruang ini sama sekali tidak mengganggu bahkan disambut pembaca dengan rasa puas[13]. Lalu bagaimana dengan pembaca saat ini yang membaca perikop tersebut?

Rasa-rasanya, perikop mengenai anak-anak Betel mencemooh Elisa mengajak pembaca saat ini untuk melihat kembali cara kita menghormati Allah. Dalam perikop itu diceritakan bahwa salah satu cara menghormati Allah adalah dengan cara memperlakukan seorang nabi seperti sebagaimana mestinya yatu mempercayai dan tidak melecehkannya. Jika hal tersebut adalah cara yang cocok dipakai pada zaman ketika itu untuk menghormati Allah, maka kita sebagai pembaca zaman sekarang hendaknya berani merefleksikan cara kita sendiri untuk menghormati Allah.

Pada zaman sekarang ini, cara kita untuk menghormati Allah dapat dibuat secara lebih meluas. Menghormati alam ciptaan, menghormati sesama, dsb merupakan cara kita sebagai manusia zaman sekarang untuk menghormati Allah secara lebih sungguh. Menghormati Allah berarti menghormati segala macam ciptaanNya. Lewat cara-cara itulah kita dapat menghormati Allah dalam hidup kita. Dengan perspektif yang lebih luas dan ditempatkan pada zaman sekarang, perikop anak-anak Betel mencemooh Elisa mengajak kita semua sebagai pembaca Kitab Suci zaman ini berpikir kembali mengenai cara-cara kita dalam kehidupan sehari-hari untuk lebih menghormati Allah dengan sungguh-sungguh agar kita tidak mendapat kutuk seperti yang menimpa anak-anak dari Betel.


Daftar Pustaka
Conroy, Charles M.S.C
1983 1-2 Samuel and 1-2 Kings, John Knox Press, Atlanta
Dianne Bergant CSA-Robert J Karris OFM (ed)
2002 Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, diterjemahkan dari Collegeville Bible Commentary oleh A.S Hadiwiyata, Kanisius, Yogyakarta
Gray, John
1970 I & II Kings: A Commentary, SCM Press, London
Indra Sanjaya, Vincentius
2008 Kursus Kitab-Kitab Sejarah, Diktat Mata Kuliah Kitab Sejarah, Yogyakarta
Montgomery, James A.
1972 A Critical and Exegetical Commentary on The Book pf Kings, T & T Clark, Edinburgh
Nelson, Richard
1987 First and Second Kings, John Knox Press, Atlanta


[1] V. Indra Sanjaya Pr, Kursus Kitab-Kitab Sejarah, Diktat Mata Kuliah Kitab Sejarah, Yogyakarta, 2008, 5
[2] Richard Nelson, First and Second Kings, John Knox Press, Atlanta, 1987 , 161
[3] Charles Conroy M.S.C, 1-2 Samuel and 1-2 Kings, Michael Glazier Inc, Delawere, 1983, 199
[4] Charles Conroy M.S.C, 1-2 Samuel and 1-2 Kings, 198
[5] John Gray, I & II Kings: A Commentary, SCM Press, London, 1970, 475
[6] Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, diterjemahkan dari Collegeville Bible Commentary oleh A.S Hadiwiyata, Kanisius, Yogyakarta, 2006, 327
[7] Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, diterjemahkan dari Collegeville Bible Commentary oleh A.S Hadiwiyata, 327
[8] John Gray, I & II Kings, 480
[9] James A. Montgomery, A Critical and Exegetical Commentary on the Book of Kings, T & T Clark, Edinburgh, 1972, 355
[10] John Gray, I & II Kings, 480
[11] John Gray, I & II Kings, 480
[12] Richard Nelson, First and Second Kings, 161
[13] Richard Nelson, First and Second Kings, 161

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.